Khitah Perjuangan HmI Sebagai Konsepsi Ideologis
Khittah Perjuangan merupakan
paradigma gerakan atau manhaj yang merupakan penjelasan utuh tentang pilihan
ideologis, yaitu prinsip-prinsip penting dan nilai-nilai yang dianut oleh HMI
sebagai tafsir utuh antara azas, tujuan, usaha dan independensi HMI. Definisi
ini merupakan kelanjutan dan pengembangan dari berbagai tafsir azas yang pernah
lahir dalam sejarahnya. Tercatat bahwa sejak didirikanya di Yogyakarta pada
tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H atau 5 Pebruari 1947 M, HMI pernah memakai
sejumlah tafsir azas seperti; tafsir azas HMI (1957), Kepribadian HMI atau
Citra Diri (1963), Garis-garis Pokok Perjuangan (1967) dan Nilai-nilai Dasar
Perjuangan (1969).
Dokumen-dokumen tersebut merupakan
tafsir terpisah dari tafsir tujuan dan independensi. Sebagai paradigma gerakan,
penafsiran terpisah antara azas, tujuan dan independensi mengandung kecacatan
karena suatu paradigma gerakan yang kokoh harus merupakan kesatuan utuh antara
landasan, tujuan dan metodologi mencapai tujuan.
Muatan Khittah Perjuangan, dengan
demikian, merupakan penjabaran konsepsi filosofis azas, tujuan, usaha dan
Independensi. Azas menjelaskan landasan keyakinan HMI tentang ketuhanan,
kesemestaan, kemanusiaan dan kemasyarakatan, semangat perjuangan dan hari
kemudiaan sebagai konsepsi cita-cita masa depan kehidupan manusia. Keyakinan
tersebut merupakan akar dari segenap perbuatan manusia untuk menyempurna
sebagai insan kamil atau cita ulil albab dalam tujuan HMI.
Keyakinan dalam
Islam tertuang dalam prinsip tauhid yang mengingkari segenap penghambaan,
ketundukan dan keterikatan kepada hal-hal yang menyebabkan hilangnya kesempatan
menyempurna menuju kedekatan tertinggi di hadapan Allah SWT. Keyakinan ini
tidak dipahami secara dogmatis melainkan dibenarkan oleh kesadaran yang
sejenih-jernihnya.
Tafsir tujuan HMI dalam Khittah
Perjuangan merupakan penjabaran mengenai tujuan individual, sosial dan hakikat
perkaderan sebagai upaya sistematis HMI menuju cita-cita tersebut. Individu
ulil albab dan masyarakat Islam yang dicita-citakan akan melahirkan hubungan
timbal balik. HMI tidak memisahkan wilayah privat dan publik sebagai dua
entitas kehidupan yang berbeda. Hal ini karena Al-Qur’an memberitakan bahwa
insan ulil albab merupakan sosok yang dapat membentuk dan menata kehidupan
sosial yang adil, sebaliknya kehidupan sosial yang adil merupakan wahana
pendidikan insaniyah yang utama untuk membentuk pribadi-pribadi utama.
Tafsir usaha dan independensi
dimaksudkan untuk memberi penjelasan mengenai proses perjuangan yang diridhai
untuk mencapai cita-cita. Independensi merupakan nilai yang menyemangati proses
secara sadar tersebut. Independensi mengamanatkan perlunya kemandirian dan
kemerdekaan menentukan sikap untuk memilih kebenaran dan memperjuangkannya.
(Sumber : Komunitas Hijau Hitam).
Comments
Post a Comment