Believe, itu nama sajak ku
Ahh sudah lah
Bukan mengabaikan rasa yang sangat dalam ini dan bukan pula pemaksaan diri yang salah atau ego yang harus mengalah.
Tapi saya tak mau mengusik keindahan, saya lebih ingin menjadi percikan air ditengah hutan dan suara burung di kesunyian dengan esensi hidup yg tentram.
Tak apa lah dia tak bersama ku, kubuai kan lantunan sajak sajak kerinduan ini mewakili jiwa nestapa akan bidadari nya Jannah
Bayang bayang akan ingatan sulit di alihkan, bahkan relung hati paling dalam sakit,
Disaat badai itu datang, kebencian teringat, kerusakan menghancurkan haluan jatuhnya percikan air yang semula mempunyai harapan besar.
Tujuan bersama membentuk anak-anak sungai kehidupan.
Ingin rasanya kupuncak kan itu nafsu ku jadikan itu cita-cita tapi tak sanggup jika dia ingin membangun kembali arus yang baru
Tak bisa, aku bagaikan daun aku tak bisa membenci angin, kemanapun ia membawa ku jatuh.
Terima saja, makna itu tertanam dalam sanubariku, hidup ini sementara jika hati luka nestapa sirna tak ubah nya menjadikan daun akan terbang terbawa angin. Itulah kenikmatan ku alami sekarang yaitu Terbang bersama Angin
Semoga perjalanan panjang memberikan pelajaran baru bagiku dan dirinya.
Tak taulah kita dikemudian hari, ku tak ingin melihat tapi ku alami, ku tak ingin ingat tapi telah terjadi maafkan maafkan maafkan kekhilafan yang pernah kubuat mengatas nama kan kesucian.
Telah ku tuntaskan gelap itu, terang ku abaikan. Bentuk dari kekecewaan kesalahan ku kubuat ku jawab.
Semoga kau tahu jawabannya.
Comments
Post a Comment